Beberapa teman menanyakan kepadaku, apa pekerjaan ibumu? aku menjawab, pekerjaan ibuku adalah membantu orang tanpa mengenal jam kerja dan lembur, menyenangkan dan meringankan beban orang lain, mengasihi putra orang lain, merawat orang lain dengan penuh ketelatenan, melayani orang lain dengan penuh semangat dan masih banyak lagi. Intinya, pekerjaan ibuku adalah pekerjaan yang mulia, sangat mulia. aku menyebutnya, pekerjaan kasih sayang.
Mereka bertanya lagi, berapa gaji ibuku? aku lalu menceritakan kepada mereka, setiap hari aku melihat ibu berangkat di pagi hari dan pulang malam hari. Dan bangganya aku ketika melihat, tiada keluh kesah yang keluar dari ibuku yang penyayang. Bahkan Ibu mengatakan kepadaku, bahwa kita harus bekerja bukan hanya dengan tenaga ataupun pikiran, tapi dengan hati. Merawat barang milik orang lain, menyayangi anak orang lain, dan sebagainya, haruslah dilakukan dengan sepenuh hati. Lalu aku bertanya kepada mereka, dengan semua itu kira kira berapa gaji yang pantas diberikan untuk ibuku?. Mereka Hanya diam, tidak memberi jawaban.
selanjutnya, Mereka malah bertanya lagi, apakah aku tidak malu mempunyai ibu yang dipandang sebelah mata, berpendidikan rendah, dan kelihatan miskin. Ya Allah, apakah orang orang itu lupa, Baju licin yang mereka pakai dan telah disetrika itu, lantai rumah mereka yang bersih, hasil cucian yang harum adalah hasil kerja ibuku.
Mungkin aku justru akan malu jika ibuku adalah seorang majikan yang kaya, yang lupa berterima kasih kepada para pembantu rumah tangga seperti ibuku. Aku akan malu, jika seandainya aku ini anak yang manja yang hanya bisa menyuruh-nyuruh seperti seorang raja kepada rakyatnya. Apalagi sampai lupa bahwa tangan pembantuku hanya dua. Aku juga akan malu jika aku menjadi mandor yang tidak pernah absen membentak atau berteriak hanya karena kesalahan kecil, misalnya pakaian sobek karena salah menyetrika. Dan pasti aku akan malu jika menjadi bos yang hanya memberikan sedikit gaji, tapi sudah bertingkah seakan akan aku sudah membeli seluruh dunia dan hidup mereka.
Ya begitulah kebanyakan orang memandang ibuku. Tapi tak apalah, Kedudukan seseorang dalam pandangan manusia bisa saja mulia, tapi belum tentu dalam pandangan Allah. Siapa tahu ibadah ibuku lebih ikhlas dari pada mereka, yang memiliki ilmu sedikit tapi mengamalkannya. Siapa tahu mungkin ibuku dalam pandangan Allah lebih mensyukuri nikmat yang telah diberikan dari pada mereka. Dan... siapa tahu malah ibukulah yang lebih didengar doa- doanya dari pada mereka. Hanya Allah Subhanahu wata'ala yang maha tahu hati hamba hambanya.
Aku bangga dengan ibuku, walaupun orang memandang rendah pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga, namun ibu bisa menjadi tumpuan harapan anak-anaknya. pekerjaan yang dilakukan ibuku adalah pekerjaan mulia dengan penghasilan yang halal, dan ibuku adalah seorang pahlawan tanpa pujian.
(Syahidah)
Seperti apapun, ibu kita tetap satu-satunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar