Pagi ini, saya berkesempatan naik bemo ke kantor. Untung begitu sampai mulut gang, ada bemo jurusan Joyoboyo yang sedang berhenti. Alhamdulilah juga masih longgar. Saya memilih duduk dekat pintu di bangku 4. Leluasa saya duduk dengan 1 penumpang yang sudah ada dipojok. Dibangku 7 sudah ada 5 penumpang. Sementara dikursi kecil samping saya, ada 1 penumpang. Kami semua terdiam, sibuk dengan berbagai rencana yang harus dikerjakan pagi ini. Kecuali sepasang dewasa di pojok belakang bangku 7.
Saya taksir umurnya diatas 50an tahun. Keduanya sedang bercakap-cakap. Sesekali tawa kecil menghiasi keduanya. Badan agak dicondongkan dan tangan keduanya saling berpegangan. Sesekali tangan kanan yang Sang Pria merapikan rambut Sang Wanita, yang diterpa angin dibelakangnya. Subhanallah. .. indahnya. Sepanjang perjalanan mereka asyik berdua. Seakan bemo ini milik berdua, yang lainnya bangku dan mesin hihihi.
Tidak berapa lama kemudian Sang Pria memencet bel di langit-langit bemo. Bemo minggir ke kiri perlahan. Keduanya bangkit. Sambil berjalan merunduk, Sang Pria berjalan didepan. Tangan kirinya memegang erat tangan kanan Sang Wanita. Meletakkan keduanya di panggul belakang. Tangan yang sedari tadi tak terlepas walau sedetik. Sang wanita berada dibelakangnya. Di tangan kirinya tergantung tas kecil warna beige, sementara jarinya memegang erat lengan Sang Pria.
Ketika sampai dipintu. Sang Pria turun dengan perlahan. Tangan kanannya bertumpu erat pegangan besi di depan pintu. Sang wanita berucap "Hati-hati, sayang.". Begitu kaki Sang Pria menginjakkan tanah. Badannya memutar 90 derajat. Tangan kanan diletakkan di pinggir atas pintu bemo. Telapak tangannya agak menelangkup. "Hati-hati, cinta." Sang Pria berucap sembari
tersenyum. Ketika kepala Sang Wanita berada di bawah tangan Sang Pria. Tangan itu berpindah tempat ke kepala Sang Wanita. "Terima kasih, sayang." terdengar suara Sang wanita ketika kakinya lepas dari tangga bemo. Dengan tetap sambil berpegangan tangan. Sang Pria mengangsurkan uang ke jendela pintu depan bemo.
Saya menahan nafas beberapa detik. Berusaha keras menahan air mata agar tak luruh. Mata ini terpaku pada keduanya. Hingga keduanya berjalan masuk ke gang kecil. Keduanya masih tetap bergandengan tangan sambil bercakap-cakap. Ketika bemo melaju. Reflek badan saya memutar ke kanan. Seakan mata ini tak rela melepaskan pemandangan indah itu begitu saja. Ketiika saya kembali ke posisi semula. Dua orang ibu setengah baya di depan saya sedang menyusut air mata dengan tisyu. Sementara seorang Bapak disampingnya, menatap kosong pintu disamping saya dengan mata merah berkaca-kaca. Sedang saya? Entahlah.
Berbagai perasaan berbuncah tak beraturan di dada ini. Subhanallah. Seandainya nanti, saya diberi kesempatan untuk menikah. Ya Allah... ingin rasanya seperti mereka. Tetap mesra hingga tua.
sumber: dari sebuah milis pernikahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar